Kurun waktu 2014 – 2017 menjadi periode yang menarik bagi para peneliti ekologi pesisir, khususnya di Selatan Jawa Timur. Anomali cuaca dimulai dengan adanya El Nino, yang puncaknya terjadi awal tahun 2016 dan pada akhirnya dibarengi dengan IOD negatif yang terjadi di perairan Samudera Hindia bagian timur, termasuk Indonesia dan Australia. Kedua event perubahan iklim tersebut tercatat memberikan dampak yang signifikan bagi habitat pesisir, khususnya di area penelitian Corect yaitu pesisir selatan Jawa Timur.

Bleaching (pemutihan) massal terumbu karang menandai periode kering pada puncak El Nino (Januari – April 2016). Laporan kegiatan monitoring terumbu karang baik dari masyarakat (POKMASWAS) maupun tim peneliti menyebutkan terjadinya pemutihan massal, mulai dari ujung barat Pulau Jawa yaitu Tanjung Lesung (Banten), menuju ke arah timur di Pantai Tiga Warna dan Pulau Sempu (Malang), sampai dengan pasir Putih (Situbondo).  Situs monitoring Suhu Permukaan Laut (SPL) seperti meteociel.fr menunjukkan nilai SPL > 31 C. Sebagian tutupan terumbu karang di kawasan tersebut tidak mampu bertahan hingga mengalami rusak permanen (irreversible, tidak dapat pulih) dan menyisakan sedikit saja titik lokasi terumbu karang yang dapat pulih. Oktiyas Muzaky Luthfi, peneliti ekologi karang dari Corect menyebutkan bahwa dari sedikit lokasi yang memiliki kemampuan pulih tersebut berada di pesisir selatan Malang. Munculnya rekruitmen (anakan) pada beberapa lifeform karang menunjukkan kemampuan pulih (resiliensi) dari terumbu karang yang ada di pesisir P. Sempu dan Pantai Tiga Warna.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya Juni 2016, cuaca sudah mulai masuk ke fase pendinginan,bahkan diikuti oleh anomali cuaca yang cenderung ekstrim. Hal tersebut ditandai oleh adanya banjir pasang di hampir sepanjang pesisir selatan Jawa Tengah sampai dengan Banyuwangi, Jawa Timur. Setelah peristiwa tersebut, gelombang besar disertai angin terus terjadi di pesisir selatan Jawa Timur sampai dengan akhir Tahun 2016.

Untuk menyelidiki dampak yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrim terhadap perubahan fisik pantai, satu tim peneliti dari Corect (Dhira K. Saputra dan Arief Darmawan) menelusuri beberapa titik mulai dari Pacitan sampai dengan Taman Nasional Alas Purwo di Banyuwangi. Walaupun tema utama dari penelitian tersebut secara spesifik ditujukan untuk pantai pendaratan penyu, akan tetapi informasi yang didapatkan di lapangan juga dapat menggambarkan dampak yang terjadi akibat event iklim sepanjang 2014 -2017 tersebut. Dampak yang terlihat secara visual adalah banyaknya fitur erosi (termasuk penebingan) dan perubahan pada area muara. Hasil lengkap dari penelitian ini sedang dipersiapkan untuk keperluan publikasi karya ilmiah.